Di suatu tempat Kabayan bertemu Abu Nawas untuk membahas
masalah matematika.
Kabayan : "Abah Abu, sebenarnya saya ini bukan ahli matematika nih. Cuma,
saya diundang berseminar matematika di sini. Menurut Abah Abu, saya harus
bagaimana nih?"
Abu Nawas : "Kang Kabayan, memangnya materi apa yang akan disampaikan pada
seminar kali ini?"
Kabayan : "Sebenarnya sih sederhana saja, panitia meminta saya
menyampaikan tentang persamaan. Cuma mereka minta agar persamaan itu tak
dibahas secara matematis, tapi dengan cara-cara yang sederhana (kalau bisa sih
lucu) dan mudah dipahami oleh orang-orang biasa. Makanya saya ikut seminar ini.
Kalau diminta membahas secara matematis sih, wah saya tak sanggup deh...."
Abu Nawas : "Oh begitu ya...? Coba nih saya tanya, kira-kira Kang Kabayan
menyelesaikan persamaan (8-x)/3 + 2 = 4 ini bagaimana?"
Kabayan : "Secara matematis yang tepat sih, saya tak bisa menjelaskannya.
Mungkin saya akan ditertawakan oleh para matematikawan-matematikawan itu. Saya
bisanya dengan kata-kata saja..., dengan cara saya, seperti yang diminta
panitia."
Abu Nawas: "Memangnya bagaimana? Saya juga tak mengerti bila diminta
menjelaskan secara matematis. Soal tadi itu juga saya dapatkan dari kawan saya
yang bertanya ke saya, dan saya tak bisa menjelaskannya secara matematis. Coba
deh, menurutmu bagaimana cara penyelesaian persamaan tersebut?"
Kabayan : "Ah, Abah Abu merendah saja...."
Abu Nawas: "Serius! Saya benar-benar tidak bisa." (kali ini tampak
wajah Abu Nawas terlihat serius)
Kabayan : "Baiklah kalau begitu. Begini menurut saya, persamaan itu saya
ibaratkan sebuah timbangan dengan "dua tangan". Tanda sama dengan
berarti seimbang." Abu Nawas menyimak Kabayan dengan sungguh-sungguh.
Kabayan: "Berarti, untuk menyelesaikan persamaan tersebut ((8-x)/3 + 2 =
4), mudahnya begini saja. Saya ibaratkan 4 itu empat buah semangka berukuran
sama yang terletak di sebelah kanan timbangan. Dan di sebelah kiri, (8-x)/3 + 2
itu berarti banyaknya semangka yang saya sendiri belum tahu berapa banyaknya ditambah
dua semangka." (Yang dimaksud Kabayan dengan banyaknya semangka yang ia
belum tahu berapa banyaknya adalah (8-x)/3 ).
Abu Nawas: "Ya... ya ..., terus?"
Kabayan: "Nah, karena di sebelah kiri sudah jelas ada 2 semangka dan
sebelah kanan ada 4 semangka, berarti bagian yang saya belum tahu ((8-x)/3 )
itu sebenarnya berjumlah 2 buah semangka. Jadinya, saya bisa tulis (8-x)/3 =
2." Kabayan tampak terdiam beberapa saat, memperhatikan persamaan baru
((8-x)/3 = 2) yang diperolehnya. Kemudian, segera setelah itu ia melanjutkan
penjelasannya....
Kabayan: "(8-x)/3 = 2, artinya banyaknya suatu semangka (8-x) bila dibagi
3 sama saja dengan 2. Berarti banyaknya semangka tersebut pasti adalah 6.
Makanya berarti 8-x = 6." Belum sempat melanjutkan penjelasannya, Abu Nawas
segera berseru dan mengatakan begini.
Abu Nawas: "Saya mengerti, saya mengerti.... Jadinya, karena 8-x = 6,
artinya delapan semangka dikurangi berapa semangka (nilai x) hasilnya 6 kan?
Pasti banyaknya semangka itu (di persamaan ini diberi symbol x) adalah 2, benar
kan?"
Kabayan: "Ya benar.... Tuh kan, Abah Abu cuma merendah saja...."
Abu Nawas: "Ah *engga* juga, kamu benar-benar bagus penjelasannya. Makanya
saya gampang mengerti."
Abu Nawas tertawa gembira, karena ia mengerti penjelasan Kabayan. Kemudian, ia
pun bercerita pada Kabayan bahwa ia diundang ke seminar ini pun bukan karena ia
mengerti matematika. Tapi, ia diminta panitia untuk menjelaskan sastra (bahasa)
terkait dengan matematika. Karena katanya, Matematika itu adalah bahasa juga,
tapi berupa bahasa symbol.
Abu Nawas: "Sekarang saya jadi mengerti persamaan itu apa. Ini memudahkan
saya untuk bercerita tentang matematika sebagai bahasa symbol nanti
siang", begitu kata Abu Nawas dengan nada optimis.
Kabayan: "Sekarang, gantian saya yang mau bertanya nih sama Abah
Abu...."
Abu Nawas: "Ah kang Kabayan, jangan nanya yang susah-susah ya...?"
Kabayan: "Justru ini pertanyaan susah yang belum bisa saya jawab. Begini
ceritanya, seminggu yang lalu presiden memberi potongan hukuman bagi para
tahanan. Bahwa semua tahanan diberi potongan berupa setengah dari masa hukuman
yang harus dijalani tiap tahanan tersebut. Untuk tahanan yang dihukum 10 tahun,
karena dipotong setengahnya, jadinya ia cuma tinggal menjalani hukuman 5 tahun
saja. Bila seorang tahanan dihukum 20 tahun, karena dipotong setengahnya
jadinya tinggal 10 tahun saja. Begitu seterusnya. Ketetapan ini sudah
diputuskan oleh presiden dan tak bisa diubah!"
Abu Nawas: "Terus, masalahnya apa?"
Kabayan: "Ini sebenarnya masalah matematika juga, cuma
matematikawan-matematikawan di negeri saya tak ada yang sanggup menjawabnya.
Masalahnya begini, karena ada tahanan yang dihukum seumur hidup (sampai sang
tahanan tersebut meninggal), artinya kan harus ditentukan berapa lama sisanya
ia akan dihukum? Padahal tak ada yang tahu kapan seseorang itu meninggal. Tak
ada yang tahu berapa lama umur seseorang itu. Masalah ini jadi heboh di seluruh
Indonesia dikarenakan presiden dengan ceroboh menetapkan kebijakannya tersebut.
Belum ada yang bisa memecahkannya. Paranormal seperti dukun, tukang ramal
nasib, tukang tenung, mentalist (semisal Dedi Corbuzier) dan sebangsanya itu
tak bisa memecahkannya. Cendekiawan yang terkenal cerdik pun semisal Gus Dur
dibikin repot karenanya (padahal Gus Dur terkenal dengan perkataannya,
"Gitu aja kok repot." Tapi, kali ini benar-benar ia repot dibuatnya).
Para matematikawan pun yang pintar-pintar itu angkat tangan mencari solusinya.
Dan ini menjadi isu nasional. Jadi, bagaimana Abah Abu menyelesaikannya?"
Abu Nawas: "Ooooh begitu ya? Berat juga masalahnya kalau begitu. Tapi,
beri saya waktu sepuluh menit saja, saya habiskan dulu ya makanan
saya...." Kabayan pun mempersilakan Abu Nawas menghabiskan makanannya.
Sambil makan, tampak Abu Nawas berfikir dengan serius. Dan, segera setelah habis
makanannya, tampak cerialah wajah Abu Nawas, pertanda ia punya pemecahan
masalah tersebut.
Abu Nawas: "Hahaa.... Menurut saya begini saja, masalah ini bisa
diselesaikan dengan konsep persamaan yang telah kamu jelaskan tadi...."
Kabayan: "Oh ya...? Bagaimana?"
Abu Nawas: "Karena persamaan itu menurutmu berarti seimbang, atau
keseimbangan, masalah pemotongan masa hukuman tersebut ya mudah saja
diselesaikan. Begini caranya, supaya orang yang dihukum seumur hidup itu dapat
potongan hukuman setengah masa hidupnya, cara menghukumnya begini saja. Sehari
ia ditahan, sehari ia dibebaskan, begitu seterusnya hingga ia meninggal.
Seimbang bukan, seperti persamaan kan?"
Kabayan: "Subhanallah, Alhamdulillah... benar-benar penyelesaian yang
sangat cantik, dan sesuai konsep persamaan. Luar biasa, luuuuuuuuuuuuar biasa!
Saya bersyukur bisa bertemu Abah Abu di tempat ini. Terimakasih ya Abah
Abu...."